Di tengah arus informasi yang tak pernah berhenti, sebagian Gen Z mulai menekan tombol pause.
Digital detox—istirahat sementara dari perangkat digital—menjadi pilihan bagi mereka yang ingin menjaga kesehatan mental dan memulihkan fokus.
Fenomena ini memunculkan beragam pandangan. Ada yang melihatnya sebagai langkah positif untuk menjaga keseimbangan hidup.
Namun, tak sedikit pula yang menilai ini sekadar tren sementara atau FOMO (Fear of Missing Out).
Lantas, apakah digital detox benar-benar efektif, atau hanya mengikuti tren tanpa memahami manfaat sebenarnya?
Apa Itu Digital Detox?
Digital detox adalah praktik menjauhkan diri dari perangkat digital dalam jangka waktu tertentu, dengan tujuan mengurangi stres, meningkatkan fokus, dan menjaga kesehatan mental di tengah derasnya arus informasi.
Menurut penelitian dari American Psychological Association (APA), 64% orang dewasa merasa stres akibat pemakaian media sosial yang berlebihan.
Gen Z, sebagai generasi digital native, menjadi kelompok yang rentan mengalami kelelahan digital atau digital fatigue.
Mengapa Gen Z Memilih Digital Detox?
Kesehatan Mental yang Terganggu
Studi dari Royal Society for Public Health (RSPH) di Inggris menyebutkan bahwa Instagram menjadi platform dengan dampak negatif tertinggi terhadap kesehatan mental anak muda.
Tekanan untuk selalu tampil sempurna di dunia maya memicu kecemasan dan rasa tidak aman.
Kelelahan Informasi (Information Overload)
Gen Z hidup di era di mana ratusan informasi terus mengalir setiap detik. Hal ini memicu stres dan kesulitan berkonsentrasi.
“Setiap kali saya membuka ponsel, selalu ada berita baru. Capek banget,” ujar Wardah (22), seorang mahasiswa yang memutuskan menjalani digital detox selama dua minggu, Minggu 16 Februari 2025.
Kesadaran akan Pentingnya Kehidupan Nyata
Gen Z mulai mencari momen berkualitas di dunia nyata, seperti silent walking, berkumpul bersama teman tanpa gadget, atau sekadar menikmati waktu sendiri.
Manfaat Digital Detox untuk Kesehatan Mental
Mengurangi Kecemasan
Menurut jurnal Computers in Human Behavior, penggunaan media sosial berlebihan berkorelasi dengan meningkatnya kecemasan dan depresi.
Meningkatkan Fokus dan Produktivitas
Penelitian dari University of California menunjukkan bahwa dibutuhkan sekitar 23 menit untuk kembali fokus setelah terdistraksi notifikasi.
Kualitas Tidur yang Lebih Baik
Paparan cahaya biru dari layar gadget, di satu sisi, dapat menghambat produksi melatonin, yaitu hormon yang berperan dalam mengatur siklus tidur.
Akibatnya, kualitas tidur pun cenderung menurun. Oleh karena itu, dengan menjauhkan ponsel sebelum tidur, produksi melatonin dapat kembali normal, sehingga kualitas tidur pun meningkat secara signifikan.
Tips Melakukan Digital Detox Secara Efektif
Tentukan Durasi Detox
Mulai dari durasi singkat, seperti 2–3 jam sehari, hingga detox selama akhir pekan tanpa gadget.
Hapus Aplikasi yang Paling Adiktif
Identifikasi aplikasi yang paling sering diakses dan pertimbangkan untuk menghapusnya sementara waktu.
Aktifkan Mode Fokus atau Jangan Ganggu
Fitur Do Not Disturb dapat membantu membatasi distraksi saat bekerja atau bersosialisasi.
Temukan Aktivitas Pengganti
Isi waktu luang dengan aktivitas offline, seperti membaca, olahraga, atau berkumpul bersama teman tanpa gadget.
Digital detox bukan sekadar tren atau istilah keren di media sosial. Bagi sebagian Gen Z, ini adalah langkah nyata untuk menjaga kesehatan mental di era yang serba terhubung.
Dengan memahami tujuan dan manfaatnya, digital detox bisa menjadi bagian dari pola hidup sehat di tengah derasnya arus informasi.
Jadi, kapan kamu mau mencoba digital detox pertamamu?

